Step Up Your Game With Jia Effendie

jia article
Jia Effendie (kiri) sedang memberikan konsultasi kepada penulis.

Sore itu, saya mencari Jia Effendie di Hotel Morissey. Jia sedang di Jakarta dan kami sudah lama tidak bertemu sejak Walking After You. Jadi, walaupun tahu Jia sibuk, saya memintanya–atau boleh juga disebut memaksanya–menyediakan waktu agar kami bisa mengobrol barang satu atau dua jam.

Saya mengenal Jia lewat GagasMedia, saat dia masih menjadi editor di sana. Kami bekerja sama dua kali, untuk buku London: Angel dan Last Forever; dan sampai sekarang saya masih berterima kasih atas bantuan Jia untuk dua buku tersebut. Kini, Jia bekerja secara lepas.

Tetapi, sesungguhnya sore itu saya mencari Jia bukan semata-mata untuk melepas kangen. Saya–seperti Nick Wilde–punya maksud terselubung. Beberapa bulan belakangan, saya memperhatikan Jia dan mengetahui bahwa ia membuka jasanya lebih luas.

Gambar-gambar berikut ini saya pinjam dari akun Instagram Jia Effendie (@jiaeffendie).

 

Pada masa awal saya terjun ke dunia kepenulisan, penulis pemula–atau penulis yang karyanya belum berhasil menembus penerbit–tidak bisa bersentuhan dengan editor. Oke, sebenarnya bisa. Secara teori, penulis bisa menyewa jasa editor lepas untuk menyunting naskahnya meski tanpa keterlibatan penerbit. Tetapi, itu bukan hal yang biasa dilakukan atau diketahui secara umum di Indonesia.

Dalam pemahaman dan pengamatan saya, editor hanya bekerja untuk penerbit. Itu berarti, untuk mendapatkan masukan profesional editor, terlebih dahulu penulis harus menyerahkan naskahnya kepada penerbit–dan naskahnya tersebut harus diterima. Bagaimana dengan penulis yang tidak juga berhasil menembus penerbit? Seringnya, ia hanya bisa mengharapkan masukan dari teman, komunitas, atau pembaca yang barangkali tidak lebih tahu mengenai teknik menulis dibanding dirinya.

Tetapi, itu dahulu. Kini, program-program Jia Effendie bisa membantu mengurangi keresahan penulis, mungkin keresahan kalian juga. Jia bisa membantu menjawab, misalnya, apakah naskah kalian sudah cukup siap untuk diajukan ke penerbit? Atau, mengapa naskah kalian tidak diterima? Apa yang harus diperbaiki? Karena, Jia menawarkan jasa review naskah fiksi.

Lebih lanjut lagi, Jia bahkan bisa menyunting naskah kalian. Atau, kalian–yang belum menulis novel sama sekali dan bingung bagaimana memulainya–bisa minta bantuan mentoring. Jia akan membimbing kalian dari awal. Atau, kalau kalian tidak ingin terlibat dalam bahasan berat dan sekadar ingin tahu beberapa hal tentang dunia kepenulisan, Jia juga bersedia menyediakan waktu agar kalian bisa mengobrol–Jia menyebutnya “berkonsultasi”–dengannya.

Seperti sore tersebut, ketika saya mencari Jia di Hotel Morissey. Di hadapan Jia, ada penulis muda yang beberapa jam sebelumnya mengirim sebagian draf novelnya lewat surel kepada Jia. Sebagian, karena novelnya memang belum selesai ditulis. Dia ingin tahu pendapat Jia.

Jangankan penulis pemula, saya yang sudah sepuluh tahun menerbitkan buku pun terkadang berharap bisa mengirim novel yang belum selesai ditulis kepada editor saya. Sayangnya, tidak seperti itu cara main sebagian besar–kalau bukan semua–penerbit. Penerbit tidak akan menghabiskan waktu mereka untuk membaca novel yang belum selesai.

Padahal, ada kalanya seorang penulis merasa ragu atau kehilangan kepercayaan diri di tengah-tengah proses penulisan. Ada kalanya ia membutuhkan arahan agar bisa menyelesaikan novelnya dengan baik.

Jadi, barangkali, saya akan menghubungi Jia suatu saat. Bagaimana dengan kalian? Terpikir untuk meningkatkan permainan kalian bersama Jia?

Leave your traces...